Senin, 18 Oktober 2010

Aneka Teknik Sambung / Grafting Adenium




Adenium adalah tanaman sukulen, yaitu tanaman yang memiliki batang yang tidak berkayu.  Semua sel dalam batang adenium adalah sel hidup atau meristematik, dengan kandungan air yang sangat besar, yang juga sebagai cadangan untuk kehidupannya.  Itulah mengapa, tanaman adenium mampu tumbuh di daerah yang sangat kering.

Adenium berasal dari daerah gurun pasir yang kering, dari daratan afrika.  Sebutannya disana adalah Mawar Padang Pasir.  Karena berasal dari daerah kering, tanaman ini lebih menyukai kondisi media yang kering dibanding terlalu basah.  

Akar adenium yang membesar seperti umbi adalah tempat menyimpan air.   Akar yang membesar ini bila dimunculkan diatas tanah akan membentuk kesan unik seperti bonsai.  Sedangkan batangnya lunak tidak berkayu, namun dapat membesar.  

Tunas-tunas samping dapat tumbuh dari mata tunas pada batang atau bekas daun yang gugur.  Mata tunas samping tersebut akan berfungsi (tumbuh) apabila pucuk atas tanaman dipotong.  Hal inilah yang dilakukan orang pada saat mempruning atau memangkas, untuk mendapatkan cabang dan daun baru serta agar bunga yang akan muncul nantinya lebih serempak.

Adenium tergolong juga kedalam tanaman monokotil atau tanaman dengan biji berkeping tunggal, yang memiliki sifat tidak memiliki kambium.  Sifat umum inilah yang akan menentukan tata cara penyambungan atas tanaman adenium.  

PERBANYAKAN ADENIUM

Adenium dapat diperbanyak dengan biji (biasa disebut sebagai pembiakan secara kawin), dan perbanyakan secara tidak kawin seperti setek, sambung/grafting, cangkok dan okulasi.

Biji adalah hasil penyerbukan antara bunga jantan dengan bunga betina, yang selanjutnya menghasilkan buah dan biji.  Dalam satu buah yang normal (buah adenium biasa disebut sebagai seedpod), akan terdapat antara 50 sampai 100 biji adenium.  Setelah matang, biji dapat ditanam untuk menghasilkan tanaman baru.  Pembiakan dari biji, akan menghasilkan tanaman dengan umbi dan pangkal batang cepat besar, namun pembiakan ini menghasilkan anakan yang memiliki karakter/sifat yang lain dari induknya, sehingga tidak bisa diharapkan untuk mendapatkan keturunan yang identik.

Pembiakan tanpa kawin (setek, grafting, cangkok dan okulasi), adalah cara pembiakan yang akan menghasilkan tanaman yang sama persis secara genetik dengan induknya.  Pembiakan dengan cara tersebut, biasa dilakukan orang untuk memperbanyak suatu varietas secara mudah dan cepat.  Setek dan cangkok, adalah perbanyakan untuk secepatnya mendapatkan tanaman dengan tajuk yang lebat, tetapi cara ini tidak cepat menghasilkan caudex atau bonggol yang besar dan indah.  Untuk menghasilkan tanaman adenium dengan caudex atau bonggol yang besar dan indah, serta menghasilkan tajuk yang identik dengan induknya, maka ditempuh dua cara perbanyakan, yaitu perbanyakan dari biji untuk menghasilkan tanaman dengan bonggol yang indah, dan selanjutnya dilakukan cara grafting untuk mendapatkan tajuk tanaman yang identik sifat atau karakteristiknya dengan induk yang dikehendaki.

Biji disemai untuk menghasilkan tanaman yang berbonggol indah.  Setelah berumur 8-12 bulan, tanaman sudah siap untuk disambung batang atasnya.  Sebelum memulai grafting, dipersiapkan alat dan bahan sebagai berikut:

  1. Pisau untuk menggrafting.  Gunakan pisau yang tajam dan tipis, dengan panjang pisau 8-12 cm.  Pisau yang paling mudah dicari adalah pisau cutter, namun pisau ini cepat tumpul, dan hanya bisa digunakan beberapa kali saja, karena tidak bisa diasah atau ditajamkan kembali.  Pisau yang lazim digunakan untuk menggrafting adenium adalah jenis pisau stainless, misalnya merek victorinoc.
  2. Plastik untuk mengikat bidang sambungan/grafting.  Bisa menggunakan selotip transparan, atau menggunakan plastik PE yang tipis, dan diiris selebar 2 cm.
  3. Plastik penutup bidang sambung/grafting, bisa menggunakan plastik PE dengan ukuran yang disesuaikan dengan besar kecilnya bidang sambung.  Untuk penyambungan dengan batang bawah berdiameter 1-2 cm, gunakan plastik PE ukuran 8x12 cm.
  4. Label, tali label dan pensil.  Label digunakan untuk menuliskan informasi tentang jenis/varietas yang disambung.  Bisa ditambahkan tentang data tanggal penyambungan, untuk memberikan kepastian kapan plastik penutup hasil penyambungan boleh dibuka.
  5. Tanaman yang akan digrafting.  Untuk batang bawah, pilih tanaman yang sehat, ditandai dengan bonggol dan batang yang keras, berwarna hijau tua, dan bidang grafting memiliki ukuran diameter batang lebih besar atau sama dengan entress atau batang atas.  Bila dipotong, batang berwarna putih tidak ada bintik coklat atau hitam, dan bergetah dengan warna getah bening ataupun putih.  Sedangkan batang atas, pilih yang sehat, tua (ditandai dengan warna hijau tua, keras, ukuran umumnya berdiameter minimal 0,5 cm).

Beberapa cara sambung/grafting adalah sebagai berikut:

PENYAMBUNGAN/GRAFTING V

Grafting V adalah cara grafting yang paling aman, karena bidang perekatan antara batang atas dan batang bawah cukup besar, dan kedua batang dengan mudah dapat menyatu dan tidak mudah lepas.  Tata cara pengerjaannya dalah sebagai berikut:
  1. Persiapkan semua alat dan bahan untuk grafting
  2. Entress atau batang atas, daunnya dibuang, disisakan pangkal tangkai daun sekitar 1 milimeter dari batang.
  3. Potong batang bawah secara horisontal, lurus, dan usahakan pemotongan sekali tebas langsung putus.
  4. Buatlah sayatan berbentuk huruf V pada batang bawah dimulai dari tempat hasil potongan horisontal.
  5. Buat potongan huruf V terbalik untuk entrees atau batang atas, kemudian potong bagian atasnya sehingga entress berukuran panjang 2-3 cm, dan terdapat beberapa ruas.
  6. Rekatkan batang atas pada batang bawah mengikuti alur huruf V.  Pastikan bahwa kedua potongan huruf V sebidang sehingga ketika direkatkan, tidak ada rongga.
  7. Ikat bidang sambungan dengan plastik pengikat, dan ditutup dengan plastik penutup.
  8. Kalungkan label yang berisi informasi nama jenis entrees, serta tanggal pelaksanaan penyambungan.  Selanjutnya letakkan pada rak yang sesuai, ditempat terbuka, dan lakukan penyiraman pada media tanam 1-2 hari sekali.
  9. 2 (dua) minggu setelah penyambungan, buka plastik penutup.  Sedangkan plastik pengikat masih dibiarkan menempel.  Plastik pengikat dapat dibuka setelah 3-4 bulan.  Keberhasilan ditandai dengan munculnya tunas dari ruas batang atas, sekitar 2-3 milimeter saat penyambungan telah 2 minggu.  Selanjutnya tanaman yang sehat, akan berbunga setelah 2-3 bulan dari saat penyambungan.

PENYAMBUNGAN/GRAFTING SISIP

Sambung sisip biasa dilakukan apabila batang bawah yang akan disambung, ukurannya lebih dari 2 x lipat diameternya dibandingkan dengan batang atas.  Bisa saja jika terjadi hal seperti itu, batang bawah dibuat sayatan bentuk V seperti biasanya, tetapi batang atas yang dimasukkan di sayatan tersebut bisa dua atau tiga batang, yaitu di pinggir kiri, tengah dan di kanan.  Hal itu bisa dilakukan dengan mudah pada penyambungan adenium, karena adenium tidak berkambium dan semua sel adalah sel hidup atau meristematik, sehingga semua bidang dapat digunakan untuk areal sambungan, tidak seperti tanaman berkayu, yang jika disambung, maka kambium harus ketemu dengan kambium.

Namun demikian, sambung dengan huruf V dengan beberapa entrees yang dimasukkan pada satu batang bawah, akan mengurangi keindahan hasil akhirnya. Oleh karena itu, apabila batang bawah berukuran jauh lebih besar dibanding batang atas atau entrees, maka biasa dilakukan dengan cara sambung sisip, yaitu batang bawah dibuat piramida terbalik dari bagian pinggir batang hingga sesuai ketebalan batang atas.  Satu batang bawah bisa disisipi hingga lebih dari dua entress di seputar lingkar luar batangnya.  

Sambung sisip akan menghasilkan tanaman yang lebih indah karena seakan-akan batang bawah mengeluarkan cabang di bekas potongan batang.

PENYAMBUNGAN/GRAFTING SISIP SATU MATA

Penyambungan satu mata, adalah salah satu cara untuk efisiensi, yaitu untuk memperbanyak tanaman secara cepat, dengan keterbatasan entrees yang dimiliki.  
Batang bawah yang akan digunakan, tetap harus dipotong batangnya, untuk menghindari dominansi apikal atau dominannya pertumbuhan batang utama.  Urutan kerjanya adalah sebagai berikut:
  1. Siapkan batang atas.  Usahakan batang atas tetap memiliki daun (daun tidak dipotong).  Kecuali jika mata tunas memang sudah tidak berdaun lagi.
  2. Potong root stock atau batang bawah, kira-kira 2-3 cm diatas bonggolnya.
  3. Kupas pinggir batang bawah, membentuk angka 7 terbalik.
  4. Potong batang atas satu mata (bersama daunnya), Sesuai bidang angka 7 terbalik di batang bawah
  5. Rekatkan entrees pada batang bawah, dan ikat dengan tali plastik.  Pastikan mata tunas tidak ikut terikat.  Selanjutnya bidang penyambungan ditutup plastik, dan diberi label mengenai varietas dan tanggal penyambungan.
  6. Dua minggu sejak proses, tunas mulai muncul dari entrees.  Jika muncul tunas dari batang bawah, segera dibuang sebelum tumbuh membesar, karena akan mengurangi kecepatan tumbuh tunas dari entrees.


PENYAMBUNGAN/GRAFTING ALA VIETNAM

Penyambungan ala vietnam, dinamakan demikian karena teknologi tersebut mula-mula ditemukan dan biasa dilakukan oleh para petani di vietnam.  

Penyambungan ini adalah cara yang paling mudah untuk para pemula, karena tidak perlu mengasah kemampuan untuk memotong bentuk huruf V atau angka 7 terbalik, antara batang atas dan batang bawah secara identik, tetapi hanya memotong secara horisontal baik batang atas maupun batang bawah.

Salah satu kelemahannya adalah, cara sambung ini tidak bisa digunakan apabila batang atas terlalu kecil atau terlalu muda, serta tidak bisa dilakukan untuk entrees bagian teratas (meristem).  Kaitan utamanya adalah karena untuk kasus tersebut, tidak mudah melakukan pengikatan batang atas dengan batang bawah.
Cara kerja penyambungan ala vietnam adalah sebagai berikut:

Siapkan semua perlengkapan (sama seperti cara penyambungan lainnya).
  1. Potong batang bawah secara horizontal, sekitar 2-3 cm diatas bonggolnya.
  2. Buat ikatan di batang bawah dengan tali plastik sebagai persiapan untuk mengikat batang atas.
  3. Potong batang atas secara horizontal (sebidang batang bawah), kemudian potong pula bagian atasnya, sehingga entrees menjadi sebuah potongan silinder, dengan tinggi 1-2 cm.
  4. Rekatkan silinder batang atas tersebut pada batang bawah, kemudian tali plastik yang telah terikat pada batang bawah, diikatkan pada batang atas melewati bagian atas silinder secara saling silang, dan diikatkan kembali pada batang bawah.
  5. Tutup bidang penyambungan, berikan label.
  6. dua minggu sejak penyambungan, tunas mulai tumbuh.  Pada tahap ini, biarkan plastik ikatan tetap terikat kuat, sampai 1-2 bulan.

Perawatan Adenium



Adenium merupakan tanaman sukulen yang berumur panjang. Tanaman ini berasal dari daerah tropis, meski ditemukan di gurun pasir. Terlebih lagi telah terjadi domestikasi sehingga hanya anakan yang tahan terhadap air-lah yang mampu bertahan dalam kondisi yang basah. Anakan tersebut lebih tidak senang terhadap kekeringan daripada yang ada di alam. Adenium akan mati saat terjadi kombinasi dari keadaan dingin dan basah ataupun dengan terlalu banyak menyiram pada media yang lengket dan drainase-nya tidak bagus.

Namun keadaan dingin ini (di bawah 10C) tidak dijumpai di semua wilayah Indonesia (kecuali di pegunungan), sehingga tanaman adenium ini dapat lebih cepat tumbuh karena mendapat panas yang cukup dengan tak lupa air yang cukup.

Adenium membutuhkan media yang cukup mengandung udara dan mampu menahan kelembaban agar pertumbuhannya maksimal. Namun pemilihan media yang tepat merupakan kebijakan dari masing-masing pemelihara yang disesuaikan dengan penyiraman yang dilakukan. Jika penyiraman sering, maka diperlukan media yang tidak mengikat air, tapi jika jarang dilakukan penyiraman, maka media yang digunakan adalah yang cukup mengikat air. 

Cara pemupukan juga perlu diperhatikan apakah akan secara siram (dilarutkan dalam air siraman) atau dengan mencampur ke media atau diletakkan di atas media, atau kombinasi dari cara-cara tersebut. 

Campuran media yang sering digunakan adalah: Cocopeat (serbuk sabut kelapa), cocochunk (cacahan sabut kelapa), pasir kasar, sekam bakar, sekam, pupuk kandang, pupuk kompos, kerikil, daun kering, dan lain-lain. Beberapa bahan di atas dicampur dengan perbandingan menjadi media yang disesuaikan dengan kebutuhan penyerapan air dan pemupukan menurut kebutuhan masing-masing grower. 

Seringkali di dasar pot diberi kerikil, pecahan batu bata, pecahan genteng, ataupun styrofoam. Ada pula grower yang tak menambahkan dasaran di bagian bawah pot melainkan menggunakan kain jala untuk mencegah media keluar dari lubang drainase.
Segala macam pot dapat dipakai. Kita harus hati-hati dengan pot gerabah ataupun keramik, karena dapat pecah saat bonggol membesar dan tidak muat dalam pot tersebut. Sebaiknya gunakan pot gerabah atau keramik yang berdinding tebal sehingga tidak mudah pecah. Pot plastik juga baik karena ringan dan tidak mudah pecah. 

Lubang drainase haruslah besar dan banyak untuk menjamin tidak adanya penyumbatan air yang berakibat fatal. Di bagian bawah biasanya diberi kain jala untuk mencegah tergerusnya media ke luar dari pot. 

Besar pot hendaknya disesuaikan dengan masa pertumbuhan dari adenium yang ditanam. Pot tidak boleh terlalu besar yang dapat mengakibatkan percabangan akar yang terlalu banyak.
Saat akar/bonggol adenium sudah tidak muat di suatu pot, maka saatnya untuk memindahkan ke pot yang lebih besar. Pemindahan ini dapat dilakukan dengan membersihkan media yang lama dan diganti yang baru, atau jika media lama masih laik maka dapat pula disisakan dan di sela-sela-nya diisi dengan media yang baru. Saat yang tepat untuk mengganti pot adalah ketika adenium sedang dalam masa tumbuh aktif. Harus hati-hati dengan kemungkinan bonggol terlukai sat transplantasi. Bonggol yang terluka dapat mengakibatkan busuk saat dilakukan penyiraman. Jika bonggol ternyata terluka, jangan sirami selama sekitar seminggu agar luka-nya sembuh terlebih dahulu.
Seberapa banyak tanaman adenium disiram tergantung pada masa tumbuh dari adenium tersebut. Jangan biarkan media sampai kering saat adenium sedang tumbuh (terlihat ada bakal daun yang siap tumbuh membesar) karena akan menghambat pertumbuhannya. Bahkan adenium yang sedang tumbuh dapat disiram setiap hari asalkan media dan drainasenya bagus. Lain halnya saat pertumbuhan berhenti, yaitu saat tidak ada bakal daun baru yang ditandai dengan warna daun yang serupa (misalnya: daun berwarna hijau tua semua, tidak ada pucuk yang berwarna hijau muda). Pada saat ini, media harus dibiarkan mengering sebelum dilakukan penyiraman berikutnya. Pengairan ini hanya berfungsi agar bonggol adenium tidak berkerut. 

Ada berbagai aspek yang mempengaruhi cepatnya media mengering, seperti kebutuhan tanaman akan air, besarnya wadah dan jenis media yang digunakan. Tanaman yang masih muda membutuhkan lebih banyak air daripada yang sudah berumur.
Saat memindah tanaman ke media baru adalah saat yang kritis, karena seringkali ada cacat pada akar yang tidak kita ketahui. Cacat tersebut dapat mengakibatkan busuknya tanaman pada saat terkena air yang cukup banyak. Ketika terjadi pembusukan yang ditandai dengan daun yang menguning secara tidak normal, maka harus segera dilakukan penyelamatan pada tanaman tersebut. Caranya dapat dilihat di penyelamatan bonggol yang membusuk. 

Cara melakukan penyiraman adalah dengan menyemprot ataupun mengucurkannya langsung ke media. Jika dipilih cara semprot, maka harus hati-hati karena air seringkali tidak cukup membasahi media. Lakukan penyiraman sampai ada air yang mengalir keluar dari dasar pot.

d. Lingkungan Suhu

Adenium menyukai suhu panas sedang seperti di daerah tropis(30 -35 C). Namun, semakin panas akan mengakibatkan bunga berumur pendek atau cepat layu. Suhu yang dingin pada malam hari (di bawah 10 C) akan meyebabkan adenium berhenti tumbuh.
Kelembaban
Kelembaban yang tinggi sangat disukai adenium. Saat musim hujan adalah saat di mana kelembaban tinggi, tapi adenium harus terlindungi dari curahan hujan agar sesuai dengan kebutuhan airnya. Untuk itu, rumah kaca akan sangat membantu. Namun jika budget terbatas, dapat pula digunakan plastik transparan untuk menutupi curahan hujan tanpa menghalangi sinar matahari yang masuk. Warna bunga akan kurang keluar jika keadaan lingkungan terlalu kering.
Sinar matahari
Sinar matahari penuh akan disukai oleh adenium terutama saat kelembaban tinggi. Namun hati-hati dengan bonggol yang terekspos terik matahari karena dapat terbakar. Seringkali para pembiak menggunakan koran bekas untuk membungkus bonggol yang berada di permukaan agar tidak tersengat terik matahari. Agar dapat berbunga dengan baik, kebanyakan adenium butuh paling tidak 4-5 jam cahaya matahari langsung.
Hujan
Sedikit terkena hujan akan baik bagi adenium. Saat hujan terlalu banyak menerpa, maka hujan harus dihalangi misalnya dengan atap plastik transparan. Hujan yang terlalu banyak, apalagi dikombinasi dengan suhu yang dingin dapat menyebabkan bonggol membusuk.
Kuncinya adalah sedikit dan sering. Jika adenium mendapat kondisi yang ideal, maka dia dapat tumbuh dengan sangat cepat. Namun jika terlalu banyak pupuk, maka adenium akan mati. Untuk yang tidak suka repot, cukup tambahkan pupuk untuk kaktus ataupun pupuk kandang yang merupakan slow release fertilizer, sehingga tak akan membunuh adenium. Pupuk kimia biasa seperti urea, KCL, TSP dapat pula digunakan karena harganya yang lebih murah, namun dosisnya harus sangat diperhatikan karena sangat mudah untuk menjadi kebanyakan. Biasanya pupuk kimia ini dilarutkan dalam air siraman agar penyerapan jadi merata dan optimal.
Jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan. Kombinasi yang pas membutuhkan coba-coba disesuaikan dengan keadaan media, tingkat pertumbuhan, dan stressing (untuk pertumbuhan atau untuk pembungaan).

Adenium yang batangnya sudah terlalu panjang haruslah dipangkas. Tak perlu takut tanaman akan mati jika tanpa daun, karena adenium sudah punya cadangan makanan di bonggolnya untuk dapat bertahan hidup. Pemangkasan ini berguna untuk menyegarkan kembali agar tampak lebih indah. Agar adenium bercabang lebih dari satu, maka pemangkasan dilakukan saat adenium sedang tumbuh (bukan masa dorman). Jika waktunya salah, maka adenium tidak akan bercabang banyak, melainkan hanya tumbuh satu tunas saja. Setelah beberapa minggu tunas baru akan muncul, jadi haruslah sabar dan jangan terlalu banyak menyirami. 

Pemangkasan ini juga berfungsi memacu pembungaan yang banyak. Biasanya, bunga yang banyak akan tumbuh setelah 3 bulan sebelumnya dipangkas dan diberi stressing pada pembungaan.

Media Tanam Adenium

Media tanam merupakan salah satu unsur penting dalam merawat adenium anda. Campuran yang tepat didukung unsur hara yang maksimal akan membantu Adenium Anda tumbuh prima.
 
Porousitas adalah faktor utama dikarenakan adenium sangat rentan serangan busuk akar jika media yang digunakan terlalu mengikat air.
 
Campuran media yang biasa saya gunakan adalah :
 
1. Pasir malang
2. Sekam bakar
3. Cocopeat
4. Pupuk kandang matang
 
Perbandingan yang biasa saya gunakan adalah 1:3:2:2. Analisa saya adalah pasir malang memiliki bentuk yang kasar dan cenderung melukai akar pada saat pertumbuhan adenium sedang pesat. Hal ini akan melukai akar dan memicu terjadinya busuk akar.
 
Dengan media yang saya gunakan ini hasil yang saya dapat bisa dikatakan meminimize terjadinya busuk akar karena kecil kemungkinan terjadinya luka karena gesekan pasir malang dengan akar pada saat media tanam disiram .
 
Sekam digunakan karena alur tekstur yang kasar sehingga udara mudah lewat , sama dengan pasir malang yang memiliki rongga untuk perputaran udara, gunakan sekam bakar untuk menghindari root mealy bugs yang biasa bersarang pada sekam yang tidak dibakar. Kelemahan penggunaan sekam bakar ini adalah mudah hancur dan harus rajin melakukan penggantian media tanam.
 
Cocopeat saya gunakan sebagai media pengikat air, Idealnya cocopeat sudah direndam di air selama 1 hari satu malam untuk menghilangkan Zat Tanin ( penghambat pertumbuhan tanaman ) .
 
Pupuk kandang yang saya gunakan adalah pupuk kandang kambing . Dari penelitian yang ada oleh para ahli , sebenarnya pupuk kandang yang paling bagus digunakan adalah yang berasal dari ayam karena kandungannya NPKnya yang relatif tinggi dan mampu bertahan paling lama diantara pupuk kandang yang ada . Namun kendalanya adalah bau yang kurang sedap dan rumors flu burung yang beredar akhir akhir ini .
 
Berikut beberapa campuran media tanam yang biasa digunakan pekebun :
 
* 1:3:1:1 ( Pasir malang , sekam bakar, cocopeat , pupuk kandang )
* 2:1:1:1 ( Pasir malang , Sekam bakar , Sekam Biasa , Pupuk kandang )
* 2:1:1:1 ( Sekam bakar , Serutan kayu halus , Cocopeat , Pupuk kandang )
* 2:2:1:1 ( Biji kapuk , Sekam bakar , Sekam mentah , Pupuk kandang )
 
Sekarang tinggal bagaimana anda meramu media tanam anda sendiri sesuai dengan lingkungan anda dan porositas sebagai pegangan utama anda.
 

Mengenal Adenium

Adenium atau Kamboja Jepang (nama kamboja jepang sendiri sebenarnya menyesatkan, karena dapat diidentikkan dengan kamboja, yang banyak ditemui di areal pemakaman. Sedangkan embel-embel kata jepang seakan-akan bunga ini berasal dari Jepang, padahal Adenium berasal dari Asia Barat dan Afrika) berasal dari daerah gurun pasir yang kering, dari daratan asia barat sampai afrika. Sebutannya disana adalah Mawar Padang Pasir (desert rose). Karena berasal dari daerah kering, tanaman ini lebih menyukai kondisi media yang kering dibanding terlalu basah. Disebut sebagai adenium, karena salah satu tempat asal adenium adalah daerah Aden (Ibukota Yaman).

Masyarakat Indonesia menamakan adenium sebagai kamboja jepang, mungkin dikaitkan dengan stereotype yang beredar. Contohnya buah-buahan yang besar biasa disebut sebagai Bangkok, sedangkan tanaman yang kecil-kecil biasa disebut Jepang, sehingga jika dahulu kala sudah ada Kamboja yang sosok tanamannya tinggi besar, maka begitu ada tanaman yang sosoknya kecil tapi mirip kamboja, disebutlah sebagai kamboja jepang.

Sebenarnya kamboja adalah jenis Plumeria, kerabat jauh dari Adenium. Beberapa perbedaan antara Adenium dengan Plumeria adalah sebagai berikut:
  • Adenium berbatang besar dengan bagian bawah menyerupai umbi, namun sosok tanamannya sendiri kecil dengan daun kecil panjang. Akar adenium juga dapat membesar menyerupai umbi.
 
  • Plumeria berbatang kecil memanjang tanpa bentuk umbi, dengan sosok tanaman yang besar dan dapat tumbuh tinggi, dengan bentuk daun panjang dan besar.


Akar adenium yang membesar seperti umbi adalah tempat menyimpan air sebagai cadangan disaat kekeringan. Akar yang membesar ini bila dimunculkan diatas tanah akan membentuk kesan unik seperti bonsai. Sedangkan batangnya lunak tidak berkayu (disebut juga sebagai sukulen), namun dapat membesar.
 
Tunas-tunas samping dapat tumbuh dari mata tunas pada batang atau bekas daun yang gugur. Mata tunas samping tersebut akan berfungsi (tumbuh) apabila pucuk atas tanaman dipotong. Hal inilah yang dilakukan orang pada saat memprunning atau memangkas, untuk mendapatkan daun baru dan agar bunga yang akan muncul nantinya lebih serempak.

Daun adenium ada berbagai ragam, bentuk lonjong, runcing, kecil dan besar, serta ada yang berbulu halus, ada pula yang tanpa bulu. Sedangkan bunga adenium berbentuk seperti terompet, berkelopak 5, dengan aneka ragam warna sesuai dengan jenis (varietasnya) masing-masing.

Ada 2 kelompok adenium, yaitu kelompok species (jenis asli), maupun Varietas (jenis hasil perkawinan dan persilangan yang dilakukan manusia untuk mencari bentuk baru). Beberapa species asli adenium contohnya Adenium arabicum, cirinya bentuk bonggol pendek dan besar, dengan banyak batang yang muncul dari atas bonggol tersebut. Bunganya berwarna paduan putih dan pink, kecil (diameter petal kurang dari 5 cm). Adenium obesum, cirinya bentuk bonggol besar dan agak memanjang keatas, satu batang tumbuh diatas bonggol, diatas batang muncul percabangan. Bunga berwarna paduan merah dan putih, berbunga besar (lebih dari 5 cm). Jenis-jenis species adenium lainnya adalah Adenium Socotranum, Adenium swazicum, Adenium somalense, Adenium bohemianum.